Karangsambung adalah sebuah daerah di Kebumen Jawa Tengah yang
terletak pada ketinggian 175 meter di atas permukaan laut. Terbentuk dari
gabungan formasi Karangsambung dan Totogan dimana salah satu formasi didominasi
batuan lempung dan gamping sedangkan yang lainnya diisi batuan beku. Dicirikan
dengan bentang alam perbukitan yang membentuk tapal kuda, mengandung batuan
yang sangat bervariasi dengan banyak sekali singkapan sehingga sangat cocok dijadikan
area penelitian geologi.
Citra Satelit Karangsambung |
Demi apa,lah.hahaha
Akibat keisengan murtad jurusan masuk S2 pertambangan, 6 hari
kemarin saya terseret ikut ekskursi eksplorasi geologi. Namanya juga mantan
anak teknik lingkungan (TL) ya, begitu denger kata ekskursi di otak kebayangnya
turun dari kereta lantas duduk-duduk di
bus AC sambil liat kiri kanan karena kalau mbak-mbak TL dikasih panas-panas ga
ketulungan seharian pasti ada aja yang tumbang.
Macem amoeba tak bertenaga, saya berangkat dengan persiapan
ala kadarnya.
Kesalahan pertama adalah saya lupa kalau ini ekskursi
jurusan tambang, dimana tidak seperti di TL, tambang isinya mas-mas bukan
mbak-mbak. Alih-alih berada di dalam bus AC sambil cantik-cantik make up-an,
saya terseret naik turun bukit dan sungai yang embuh isinya apa, jongkok berdiri lompat-lompat dari satu batu ke
batu lain, gelantungan apa saja yang bisa digelayutin buat pegangan, pagi sampai
sore, dan sama sekali ga ada yang pingsan. Alamak!
Ditambah, yang namanya Karangsambung, panasnya naudzubillah. Kalau
Bandung yang semeriwing itu ada di 700-an mdpl, si Karangsambung ini posisinya di 160-an.
Bayangkan betapa panasnya. Mendengarkan penjelasan dosen di atas kerikil di
pinggir sungai jam 12 siang rasanya bak naik haji berjamaah: lagi wukuf di
Arafah. Kalau boleh dibilang frustasi, iya saya frustasi.HAHAHA.
Saya, dengan background S1 TL dan S2 tambang tapi subjur
ekonomi benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dengan batu-batu itu. Pak
dosen tambang terlihat sekali frustasi menjelaskan strike bukanlah dip, dan breksi
adalah apa. Beliau-beliau terlihat makin frustasi karena harus berulang kali
menyindir kami-kami yang melongo ini untuk aktif ikut jengkang jengking mengukur sudut rekahan batu daripada duduk doang sambil kipas-kipas ngos-ngosan.
Ngomong-ngomong saya
mau kasih jempol lah buat dosen-dosen tambang. Terlihat cinta dan menikmati
bidang pekerjaannya. Ga kaya saya yang kerjaannya bikin sistem pengelolaan
sampah tapi ketemu sampah masih males, bapak-bapak dosen tambang ini ikut loh
semua tracking. Jalan panas-panas bareng mahasiswa, menjelaskan detail-detail
batuan yang kita lewati, dan tidak ragu menggelar peta sambil nangkring diatas
batu, ditengah-tengah sungai. Sungguh berdedikasi.hahaha.
Sebenarnya ikut ekskursi seperti ini sangat seru. Saya pribadi suka naik turun
sungai main air, jalan di pinggir sawah, dan keluar masuk kebun. Tapi karena
yang dipelajari seperti yang saya jelaskan diatas, sesuatu yang saya
benar-benar nggak ngerti, 90% fokus saya
saat ekskursi ada di usaha menyelamatkan diri dari tergelincir salah memilih
batu pijakan atau nuncep ke pohon-pohon berduri.hahaha.
Mengingat badan saya
gendut dan sangat tidak gesit, bisa bertahan tidak jatuh atau keseleo sampai
hari terakhir adalah prestasi. Yaaa, meskipun malu-malu dikit lah, orang lain bisa lompat
lompat nggak pegangan, saya harus perosotan sambil nyeret batang tanaman atau
apa aja yang ada di kanan kiri buat pegangan. Biar lah, yang penting
selamet.hahahaha
Tapi ya, meskipun frustasi, diam-diam saya menikmati juga
sih. Kapan lagi coba bisa gegayaan pakai kompas bidik-bidik gunung terus
plotting di peta, foto parlente depan gunung marmer, nyebrang bendungan, makan siang di sungai, nyobain
mendulang emas-meskipun ga dapet.duh- dan nangkring ga jelas di atas batu
tertua di Jawa yang katanya terangkat
secara alami dari laut dalam.
Oh ya, dan saya juga jadi ingat lagi ternyata Indonesia tuh
sekaya itu loh. Semacam “asal rajin nyukil-nyukil
gunung sungai sama tanah”, ada saja yang bisa dijual. Dari mulai remeh temeh
macam pasir atau kerikil, sampai yang bisa bikin kaya mendadak macam emas.ckckck
Okelah, paling nggak selain
encok dan gatel-gatel saya dapat wawasan baru. Suatu hari nanti, kalau nggak
punya uang dan makin susah cari kerjaan saya punya opsi buat pergi ke karangsambung, diam-diam
nyukilin marmer atau jongkok seharian nyari emas.muahaahaha.