Boyolali adalah kota yang akan pertama kali muncul di kepala saya ketika ada pertanyaan: kota mana yang paling berkesan untukmu. Bukan, bukan karena ada segudang prestasi dan atraksi hingga turis lokal dan mancanegara berduyun-duyun datang, namun, Boyolali mengukir memory tersendiri untuk saya. Ayah saya berasal dari Boyolali, dan pergi ke Boyolali menjadi ritual tahunan keluarga kami saat lebaran tiba. Kali ini saya tidak mau cerita bagaimana kami menghabiskan waktu saat lebaran di Boyolali, karena selain akan mengandung mewek bombay, juga tidak sesuai dengan tema tantangan yang harus saya tulis. Yups, tulisan ini saya buat untuk ikut Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Bulan April 203 dengan tema "Landmark kota yang ingin atau pernah dikunjungi".
Kota Kecil Mempercantik Diri
Boyolali saat ini tidak sama seperti dulu. Dulu, pergi ke Boyolali berarti saatnya kami mengunjungi Tirta Tlatar untuk mandi di kolam renang mata air asli, ke Janti untuk makan ikan di pemancingan, ke belakang stadion untuk makan soto Boyolali, antri di depan mbok penjual bubur tumpang untuk sarapan, dan tentu saja menyambangi Koperasi Unit Desa (KUD) untuk mengisi jerigen-jerigen kosong dengan susu sapi segar.
Soto, susu segar, dan bubur tumpang, icon Boyolali untuk saya
Deretan makanan diatas sebetulnya paling cocok untuk dijadikan icon kota kecil ini. Sayangnya, kalau dilanjutkan bahas yang tadi, tema tantangan blogging harus bergeser. Bukan landmark, tapi mellowmark #mulai maksa
Sekitar 7 tahun yang lalu, Boyolali berbenah. Satu kawasan yang diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat mulai dibangun, menyatukan gedung pemerintahan, pusat perniagaan, dan juga lapangan luas semacam alun-alun dalam satu tempat.
Layaknya alun-alun yang sesungguhnya, Boyolali juga menempatkan icon pada lapangan luas ini. Bila alun-alun di banyak kota lainnya menempatkan pohon bringin sebagai pemandangan utama, warga Boyolali memilih menempatkan sapi raksasa sebagai icon yang tak kan terlupa.
Lembu Sora
Yess, Lembu Sora namanya. Sapi raksasa yang duduk menggeletak dengan santai, seolah tidak punya masalah hidup. Sangat menggambarkan kehidupan damai ala Boyolali.
Lembu Sora
Saya tidak banyak tahu tentang sejarah, jadi tergelitik juga mencari tahu, kenapa Lembu Sora yang dipilih sebagai icon. Dari hasil googling kilat, Lembu Sora adalah tokoh pemberani di kerajaan Majapahit, yang punya loyalitas sangat kuat pada Raden Wijaya. Okelah, mungkin Boyolali punya harapan besar pada warganya untuk menjadi pemberani dan loyal kepada daerahnya. Tidak salah lagi, memang orang-orang Boyolali ini dimanapun dan kapanpun bangga sekali dengan daerah asalnya. Berani, lugas, supel, itulah karakter umum orang-orang Boyolali. Jadi ketika disebut orang Boyolali, sepertinya ada asumsi bahwa otomatis kita memiliki sifat-sifat itu, padahal sih ya belum tentu.hehehe.
Susu Segar Boyolali
Pertanyaan selanjutnya, kenapa icon sapi yang dipilih, apakah karena Lembu Sora itu literally seekor Lembu? Mungkin mamah-mamah pembaca ada yang gemes banget dan ingin segera komentar menceritakan lebih detail tentang Lembu Sora. Meskipun belum pernah lihat Lembu Sora versi pahlawan di cerita sejarah, patung Lembu Sora di alun-alun Boyolali ini memenuhi bayangan imajinasi saya tentang Sapi Perah. Sapi penghasil susu segar Boyolali, yang bisa saya teguk tanpa berhenti hingga habis 1 Liter dalam sekali minum.
Susu segar Boyolali jaman dulu, memang enak mah. Untuk saya yang pecinta susu dan sudah kenal susu segar Boyolali, begitu datang ke ITB dan minum susu segar di gerbang belakang, rasanya terkhianati sekaliπ€£. Di Boyolali, susu segar biasanya kental. Bila setelah direbus kita diamkan di dalam gelas, akan muncul lembaran lemak di permukannya. Saya menyebutnya langit-langit susu. Ayah saya yang sejak kecil tinggal di Boyolali selalu bangga menceritakan langsung minum susu yang baru selesai diperah. Saya sendiri belum pernah. Selalu minum hasil perahan yang dijual KUD, dan pastinya sudah dicampur air. Tentu saja meskipun sudah dicampur air, tetap bisa kita sebut susu yaa..bukan air bau susu.hahaha
Kembali lagi ke Lembu Sora
Boyolali, sejak dulu kala memang identik dengan sapi. Yang jelas sejak dulu ada 1 patung sapi di dekat pasar induk, dan 1 patung sapi di dekat Kridanggo, fasilitas olah raga dan penyimpanan benda peninggalan purbakala. Saya yang masih bocil kala itu, senang sekali lihat patung sapi. Ukurannya tidak terlalu besar. Mungkin Lembu Sora hadir untuk menjadi induk patung-patung sapi yang sudah ada.
Sebetulnya Lembu Sora ini adalah sebuah gedung. Semacam education center, berisi hall dengan kursi berbentuk teater dan layar besar yang bisa menyajikan informasi terkait Boyolali untuk pengunjung. Saya sendiri waktu main ke sana tidak sampai masuk ke dalam. Karena datang malam hari, saya lebih tertarik untuk mendekat kepada tukang ronde, sambil menghibur anak saya yang ingin naik odong-odong.
Bapak saya bangga sekali ada gedung sapi ini. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh banyak warga Boyolali lainnya.
Saya sebetulnya masih bertanya-tanya, apakah memang sapi perah menjadi icon yang tepat untuk Boyolali. Memang susu sapinya jadi favorit saya. Tapi, setau saya tidak ada peternakan profesional yang memang bisa memproduksi susu berkualitas baik dengan skala besar disana. KUD tempat saya biasa membeli susu mendapat pasokan dari petani perseorangan, yang mengantarkan susu dengan sepeda. Bisa terbayang bagaimana kapasitas produksinya. Yah, mungkin sapi raksasa ini dibuat sebagai pengingat, sapi perah adalah potensi Boyolali, peternak sapi tradisional perlu dibina dan dikembangkan, bukan dimusnahkan.
Terlepas dari kehidupan sapi perah -eh peternaknya- di Boyolali, cukup menghibur pergi ke pusat kebupaten ini. Ada odong-odong unlimited naik sakpuasmu dengan hanya membayar 5 ribu rupiah saja, dan tentunya deretan tukang ronde yang diatur rapi dan diperbolehkan berjualan disekitar area Gedung Lembu Sora. Meskipun belum bisa mengidentifikasi filosofi dibaliknya, melihat Lembu Sora saya langsung terbayang, sosok ramah, banyak teman, sekaligus besar, kuat, berwibawa, dan siap menyeruduk siapa pun yang mengganggu, benar-benar seperti orang Boyolali lah pokoknya π.
Ketika orang Boyolali menatap masa depannya
Penutup
Sekian cerita dari saya, yang dibuat dengan sangat berdedikasi selama perjalanan pulang di bus, dan sambil berdiri menunggu gojek di pinggir jalan. Silahkan mampir ke Boyolali, minum susu segar dan mampir ke alun-alun untuk ketemu Lembu Sora ya mah!
5 komentar:
Sebagai tetangga (Kartasura), aku blm pernah mengunjungi landmark ini. Ah, payah. Makasih ceritanya teh. Jadi ikut mellow π
Waaah, ada tetangga dekat ternyata. Toss dulu lah bangsa Boyolali, Kartasura, Klaten dan sekitarnya. Barangkali menginspirasi teh Alfi untuk masak makanan Kartasura disana.hihi
oh ini sapi baru ya Rin, karena aku ingat waktu kesana kayanya udah ada patung sapi tapi ga sebesar Lembu Sora
Aku suka susu si Jack hehe, sama Soto segar Boyolali
Ehehehe alun-alun adalah landmark ikonik suatu kota. Dan Boyolali unik dengan patung Lembu Sora-nya. Sepertinya, nuansa kota Boyolali yang tenang ini cocok untuk kota para retired ya. Kalau sudah lanjut usia, bakal enak tinggal di sini sepertinya. :)
Hhmmm bubur tumpang-nya asli menggoda pisan niy Mamah Ririn ehehe. Tapi belum kesampaian berkunjung ke Boyolali.
Kenapa di Boyolali pada segar segar semua ya? Susu Segar Boyolali.
Saya ingetnya Soto Segar Boyolali yang ada cabangnya di bandung itu hihi
Ttp aja komennya ttg makanan π π
Posting Komentar