1/21/2015

Listrik Batang dan Gemas

Alih-alih memulai tesis yang tak kunjung dimulai (hahaha), browsing internet tentang artikel pembangkit listrik Indonesia kembali membuat saya gemas.

Indonesia, seperti yang sudah banyak disinggung adalah negara yang kurang ini kurang itu di bagian yang bagus-bagus dan kelebihan ini kelebihan itu di bagian yang susah-susah :p. Salah satu kelebihan Indonesia adalah kelebihan kebutuhan listrik.

Pemerintah Indonesia sekarang gencar mencari sumber energi listrik, mulai dari energi yang terbarukan bebas polusi sampai energi konvensional yang isinya polusi tok. 

Pilihannya jatuh pada pembangkit listrik batubara. Pro dan kontra mengenai ini tentu biasa, tetapi saya agak gemas membaca sebuah artikel tentang suatu organisasi penyelamat lingkungan yang mengomentari tentang pembangunan pembangkit listrik di Batang.

PLTU di Batang yang katanya akan berkapasitas 2x1.000 MW Ini memang proyek raksasa, direncanakan dibangun dengan teknologi yang katanya ramah lingkungan, dimana saya yakin tidak akan ada -termasuk saya- yang percaya PLTU batubara bisa ramah lingkungan, dibangunnya di Indonesia pula :P.

Dalam artikel tadi ditulis semua dampak lingkungan yang akan ditimbulkan oleh pembangunan PLTU batubara, mulai dari desa-desa yang akan tergusur, pencemarannya, hingga ke masalah politik. Di artikel itu ditulis pemerintahan sekarang bertolak belakang dengan pemerintah dahulu yang berkomitmen menurunkan emisi karbon.

Selesai membaca rasanya saya panas, ingin langsung pergi ke batang, lalu dengan anarki memanjat dan gandul-gandul di papan proyek PLTU Batang -Setelah itu mbuh mau apa :)).

Memang betul, PLTU batubara adalah pembangkit listrik dengan polusi terbesar. Saya sendiri bukan golongan pembela pemerintah dan termasuk yang gemas pembangkit listrik energi terbarukan semacam air sampai sekarang masih mandek. Tetapi, akhir-akhir ini saya mendapat sudut pandang baru (teracuni akibat sekolah lagi,hahaha).

Pertama, program PLTU heboh ini dimulai oleh SBY, jadi kalau pun ada tolak belakang, terjadinya antar kebijakan pemerintah terdahulu dengan kebijakan pemerintah terdahulu, bukan kebijakan pemerintah sekarang dengan terdahulu :p

Kedua, batubara termasuk energi yang tidak terbarukan, itu betul. Tetapi setelah minyak yang 5 tahun lagi akan habis, batubara adalah salah satu energi yang bisa diandalkan. Bukan karena batubara Indonesia melimpah, tapi lebih karena teknologi yang ada di Indonesia sudah siap untuk batubara. Karena teknologinya  sudah siap, harganya menjadi ekonomis.

Saya setuju, Indonesia harus beralih ke energi terbarukan bebas polusi. Tapi sambil menunggu peralihan itu lho, kita mau pakai apa. Saya sih termasuk yang tidak bisa hidup tanpa listrik. Jangankan beberapa tahun. Menunggu listrik menyala jam 6 sore ketika survey di maluku saja saya mau pingsan.

Wahai sodara-sodara yang menulis artikel itu,hahaha. Mengadakan listrik untuk Indonesia bukan perkara mudah. Lahannya, teknologinya, investasinya, belum lagi kalau ditolak warga. Saya yakin tanpa terpengaruh artikel seperti itu pun masyarakat Indonesia sudah menolak dulu tanpa tahu sebetulnya apa yang ditolak :P.

Jadi ayolah daripada membuat warga semakin menolak lebih baik kita membuat tesis saya saja(loh)









  

Tidak ada komentar: