Setelah dua minggu sibuk nggak karuan urusan kantor, saya memutuskan untuk rehat. Kemarin rehat terpaksa tanpa rencana karena kantor yang hanya 250 meter dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkepung masa di hari pertama pendaftaran calon presiden dan wakilnya.
Heboh KPU di dekat kantor (credit foto: Oliver Baudlr) |
Tidak bisa menembus kerumunan, jadilah saya putar balik dan pulang. Laptop over heat yang tidak bisa menyala menjadi penanda semesta mengingatkan saya, hidup ini isinya bukan hanya kerja dan kerja saja. Bayar hutang uyel-uyel anak selagi ada yang bisa diuyel-uyel perlu diingat juga.
Hari ini adalah hari rehat yang sesungguhnya saya rencanakan. Sudah diingat-ingat sejak tema diumumkan, akan posting di hari terakhir saja untuk ikut Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober. Kenyataannya, saya malah lupa hari ini tanggal 20. Untung ingat barusan, 5 jam sebelum batas waktu pengumpulan. hahaha
Sudahlah lupa tanggal, temanya susah pula. Susah untuk saya maksudnya, masalah investasi ini saya kibar-kibar bendera putih. Minim ilmu dan tidak punya contoh dari orang tua juga. Orang tua saya golongan tidak neko-neko soal tabungan dan investasi. Cukup menyiapkan tabungan untuk sekolah anak dan naik haji, sisanya untuk menikmati kehidupan hari ini. Ada baiknya, tetapi konsep ini juga belum tentu cocok diterapkan di zaman sekarang.Mumpung terfasilitasi oleh tema tantangan blogging bulan ini, mari kita tuliskan rencana angan-angan investasi yang saya inginkan.
Sepertinya Asik Investasi Properti
Karena nonton serial drama Korea King Hotel, pikiran saya jadi kemana-mana😂. Perpaduan nonton King Hotel dan Live to 100 rekomendasi Teh May membuat saya ingin punya investasi properti.
King hotel, investasi yang menggiurkan (sumber foto: preview)
Karena berencana menjadi pemilik hotel raksasa seperti King Hotel rasanya terlalu ngawur, mari kita alihkan mimpinya ke kos-kosan saja😂. Lebih tepatnya kos-kosan di Bandung yang isinya anak ITB- sangat spesifik boleh kan ya? Hehehe. Jadi Ibu kos rasanya mungkin mirip dengan pemilik hotel. Datang sesekali menengok properti dan menemui para pengguna, memastikan mereka senang dengan pelayanan yang diberikan. Bonusnya, sering ngobrol dengan anak muda alias mahasiswa yang katanya bikin sehat awet muda. Kita boleh menua, tetapi isi kos-kosan yang terus berganti tentunya akan selalu berada di rentang usia anak muda. Sebuah investasi untuk menunjang harapan sampai ke usia senja dengan kondisi masih sehat, mandiri, dan bisa beraktivitas biasa.
Investasi Kebun Sayur agar Pasokan Nutrisi Datang Teratur
Selain rutin berinteraksi, kunci sehat dan tetap mandiri di usia senja ala Live to 100 adalah pada kualitas makanan yang dimakan. Makan sayur segar untuk saya yang tinggal di sebelah Jakarta tetapi sudah masuk area planet lain ini merupakan suatu kemewahan. Mungkin bisa pergi ke supermarket untuk mendapat sayur segar. Tetapi rasanya tentu berbeda dengan berbelanja ke pasar tradisional dan melihat hamparan sayur segar -sesuatu yang lumrah dan biasa saja di Bandung.
Rasanya ingin sekali investasi kebun sayur. Dalam angan-angan, bisa makan sayur yang baru dipetik dari kebun sendiri tentu rasanya menyenangkan sekali. Bila berhasil menanam dalam jumlah banyak, bisa dibagikan ke tetangga atau dijajakan di pasar tradisional. Membayangkan hidup seperti Pak Ardiwilaga dalam Film Petualangan Sherina yang pertama, pemilik perkebunan sayur di Bandung Utara, rasanya sehat sekali😂.
Agar seperti Pak Ardiwilaga (sumber foto: Di Ujung Langit) |
Mulai dari Rak Buku dulu
Saya sudah ngaku sejak awal, fakir ilmu soal investasi. Angan-angan dan rencana sih banyak, tetapi sama sekali tidak tahu harus mulai dari mana untuk mewujudkannya. Boleh berangan-angan, tapi jangan lupa kembali ke bumi. Daripada bingung harus berbuat apa untuk mengejar angan, saya putuskan untuk berinvestasi dari hal yang paling membumi: Rak buku.
Investasi paling penting |
Rak buku yang saya beli hanya rak biasa, harganya tidak seberapa, isinya pun masih ala kadarnya. Belakangan terisi lebih penuh karena saya mengangkut sebagian besar buku-buku dari rumah di Semarang. Tetapi dari sini lah perjalanan mencapai angan-angan saya harapkan dapat terwujud. Rak ini yang menjadi pengingat sudah berapa banyak buku yang dibaca oleh keluarga saya. Sibuk meracau tidak tahu investasi, sudah ada belum buku tentang investasinya? bila sudah beli, dibaca atau hanya terpajang di rak saja? Sungguh, rak buku adalah investasi paling berharga yang saya miliki saat ini karena dari sinilah investasi-investasi besar lainnya, baiknya yang bersifat materi maupun non materi bisa berawal.
Penutup
Senang sekali berhasil posting bulan ini. Mohon maaf bila isinya meracau ya, Mah. Bicara investasi ini bisa dalam sekali maknanya, dari sekedar nilai ekonomi, hingga ke makna hidup, tergantung bagaimana kita melihatnya. Untuk saya, investasi perlu melihat externality. Bukan hanya dalam nilai uang, tetapi mempertimbangkan hal-hal yang sering kali tidak bisa dinilai dengan uang.
6 komentar:
Rak buku ... waaahhh jadi inget nih teh, buku itu ternyata harus dirawat.
Awal tahun ini aku beberes perpus keluarga. Ternyata butuh tenaga dan pikiran juga euy he3 ...
Aku ngekek pas ada gambar investasi paling penting ada di rak buku ini, Teh. Toss ahahah.
Iya bener juga ya. Buku di rumah itu "harta" yang paling banyak jumlahnya hehehe
Ririn, ya ampun, aku jadi dapat ide dari Ririn. Buka kos-kos-an di Bandung ahaha atau di kota manapun yang banyak anak kuliahannya. 😍. Nuhun ya Mamah Ririn mau berbagi gagasan. :)
Salut sama Ririn dan beberapa Mamah yang bisa ngebut nulis dalam sekejap. Lima jam sebelum penutupan itu, di mataku, luar biasa.
Kalau aku tergoda investasi properti itu setelah nonton drakor Monthly Magazine. Dulu kupikir, investasi rumah itu ya untuk ditinggali dalam waktu lama, ternyata lebih menguntungkan kalau sistemnya jual cepat dan segera dapat untung.
Kos-kosan dan kebun sayur itupun impianku.
Pastinya hidup tenang banget dengan pasif income dari kos-kosan dan bisa buka warung lotek dan gado-gado dari kebun sendiri. Hahahaha
Posting Komentar