12/06/2021

Kenang-kenangan 2021 yang akan berlalu

Wah, sudah Desember (lagi)! Memasuki bulan ke-12 di setiap tahun selalu membuat ingatan saya berputar kembali. Suka, duka, saya sudah melakukan apa saja ya satu tahun ini. Menerawang jauh, saya jadi geli sendiriDulu, saya suka iseng buka tabloid Nova yang cukup sering dibeli ibu saya dari agen koran di dekat rumah. Padahal, ibu juga langganan Intisari -yang informasinya jelas-jelas lebih berfaedah- tapi setiap awal bulan atau menjelang tahun baru, tabloid Nova ini lah yang menarik untuk saya. Tidak seperti ibu-ibu yang membeli tabloid Nova untuk mengetahui gossip terkini, saya yang kala itu masih usia SD, mencari kolom zodiak. 




Tabloid Nova dan Majalah Intisari

sumber: https://www.tokopedia.com/zagabookz/tabloid-nova-no-766-nov-2002-cover-agnes-monica-agnezmo, diakses 29.11.2021;
https://www.olx.co.id/item/majalah-intisari-oktober-1995-iid-793890820, diakses 29.11.2021


Girang tak terkira saat membaca tulisan "Karirmu akan melesat, seseorang yang kamu harapkan sejak lama akan datang dalam waktu dekat". Sebaliknya, was-was gelisah saat yang muncul adalah kalimat bernada suram semacam "Keuangan mandek. hati-hati bersikap bila tidak ingin bisnismu mengalami kebuntuan". Dipikir-pikir sekarang, apaaa coba maknanya.hahaha. Heran juga, padahal sejak TK saya rajin ikut pesantren ramadhan dan langganan jadi juara. Sayangnya, "membaca tabloid Nova dan percaya ramalan zodiak itu berdosa" tidak masuk dalam kurikulum pesantren ramadhan yang saya ikuti,hahaha. 

Perkara berdosa atau tidak memang bukan urusan manusia, tapi percayalah, membaca Majalah Intisari jauh lebih bermanfaat dibanding buka-buka kolom zodiak di Tabloid Nova. Berkat bacaan bermanfaat, ibu saya berhasil menyelematkan bapak saya yang mengalami serangan stroke di tahun 2002. Saat kebanyakan orang panik dan membiarkan pasien stroke tergeletak tanpa pertolongan karena rumor yang beredar menyatakan salah pergerakan saat mengangkat akan berakibat fatal, ibu saya  dengan yakin langsung meminta bantuan tetangga untuk mengangkat bapak saya dan membawanya ke rumah sakit, SEGERA. Ternyata, beberapa hari sebelum kejadian itu, ibu membaca artikel Intisari berisi "golden hour penanganan pertama stroke". Merinding juga membayangkan saya terlalu banyak menghabiskan waktu dengan nyekrol medsos tanpa tujuan setahun belakangan. Bila saya ada di posisi ibu saya, alih-alih cepat melakukan pertolongan, isi kepala saya hanya: "Nagita Slavina beli gelang seharga rumah mewah" atau "5 seleb ini punya panggilan sayang untuk suami". Alamak!

Refleksi kejadian setahun belakangan untuk saya yang temenan sama ikan dory-sesama short term memory- ini memang bukan perkara mudah. Perlu kerja keras untuk memutar kembali ingatan 11 bulan terakhir demi ikut tantangan MGN Bulan November 2021 tentang Pengalaman di Tahun 2021. Gagal submit tantangan Bulan November karena perilaku deadliner dan ternyata ketiduran di detik-detik terakhir tentunya akan jadi satu kenangan tahun 2021 untuk saya. Selain itu, yang saya ingat betul, tahun 2021 bukanlah tahun yang mudah untuk saya, keluarga dan banyak orang lainnya. 

Ternyata bisa juga...

Saya kira, saya sudah menjadi superwomen tercanggih abad ini karena berhasil menjalani kehidupan awal pandemi di tahun 2020 dengan kondisi hamil trimester I, mengurus balita kelebihan energi yang tidak bisa diam tapi harus terkurung di rumah, dan tidak ada asisten rumah tangga. Mengurus semua sendiri dengan kondisi suami full WFF-Working from Factory. Kerjanya di pabrik, jadi kurang cocok disebut WFO, hahaha. Bukan hanya melakukan pekerjaan rumah tangga-sesuatu yang saya sangat tidak lincah untuk melakukannya-, saat itu saya juga memasak makanan keluarga. 

Tidak hanya makanan pokok, tapi juga membuat kudapan. Bukan yang cuma potong-potong kosreng yah. Saat itu, bisa-bisanya saya bikin roti sobek, bakpao, marmer cake, caramel cake, bolu ketan hitam, pempek. Lebih heboh lagi, saya dan suami sama-sama tidak pernah tinggal di luar negeri. Kemampuan bertahan hidup kami sangat minim dan lidah masih sangat Indonesia. Berharap sehari-hari bisa makan sayur mentah tanpa bumbu cuma disiram saos atau roti isi praktis menjadi khayalan belaka. Setelah seminggu bolak balik makan telur dadar telur ceplok, akhirnya saya masak makanan yang pakai uleg-uleg itu. Untungnya, belakangan saya mendapat hidayah bahwa di dunia ini ada yang namanya bumbu jadi atau bubuk😝. Hasilnya, tentu saja tetap tidak instagramable, tapi paling tidak berhasil jadi makanan favorit anak dan suami saya (plok plok plok, bangga). Bisa memasak disela kerepotan mencuci atau menyemprot segala paket yang datang dengan alkohol dan adaptasi jadi guru sekolah online anak sambil tetap handle pekerjaan kantor. Dipikir-pikir sekarang sudah punya asisten dan kehidupan tidak lagi sesulit di awal pandemi dulu, tapi malah nggak mau bisa masak, duh!

Memang betul, di atas langit masih ada langit, jadi jangan sombong. Ternyata pengalaman jadi super woman di tahun 2020 baru tahap pemanasan sodara-sodara!

Bila di tahun 2020 pekerjaan kantor cukup slowing down karena sedang menunggu masa transisi proyek dan menjelang cuti melahirkan, tahun 2021 ini load pekerjaan meroket. Wuuuussssss... Ditambah, mengurus dua anak ternyata tidak sesederhana mengurus satu anak. Mungkin kalau anaknya sekalian ada lima atau enam jadi gampang mengurusnya karena jadi mirip daycare 😝. Di masa seperti ini saya berandai-andai, andaikan anak diciptakan dengan remot. Saat kita luang bisa play, dan saat ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, bisa pause. Sayangnya itu hanya imajinasi super ngawur saya. Tentunya saya akan makin bingung, pusing dan nangis-nangis kalau anak-anak saya tiba-tiba diam tak bergerak. Sungguh saya tidak mau itu. Tapi menghadapi anak-anak yang perlu ini dan itu sambil meladeni pekerjaan kantor yang seperti antrian IKEA Alam Sutra saat baru buka itu rasanya sesuatu yah. 

gambaran ramainya pekerjaan saya-agak lebay

https://apps.housingestate.id/read/2014/10/15/ikea-alam-sutera-gerai-ke-364-di-dunia-resmi-dibuka/

Online meeting, tangan menggendong anak kedua yang pengen nyusu, kaki bergerak kesana kemari ngejar anak pertama yang kabur dari kamera sekolah online-nya. Seringkali, tidak bersamaan dengan sekolah online anak, tapi anak pertama ingin sayur bayam bikinan saya. Saya kelimpungan duduk berdiri, mencatat diskusi meeting sambil menengok dapur. 

Rasanya skill working mom saya benar-benar diuji disini, dimana sering kali saya merasa terbenam gagal. Kerja setengah-setengah, ngurus anak pun kepikiran yang lain-lain.   

Malu lantas menjadi Bubuzilla

Pandemi menyadarkan saya pada kondisi diri yang menjadi ekstrim, yaitu bagaimana saya menjadi amat sangat pemarah, kepada orang-orang yang ada di sekitar saya, terutama anak saya. Dari dulu, saya adalah orang yang cenderung sulit menahan emosi. Ngamukan, kata orang Jawa. Sewaktu kecil, kalau ada hal yang membuat saya tidak nyaman, saya akan masuk kamar, menangis, dan berteriak-teriak sambil ndudutin-menarik sprei kasur. Itu dirumah. Diluar rumah, saya tampil sebagai orang yang sangat dewasa. 

Hal tersebut berlangsung sampai sekarang. Well, meskipun tidak lagi ndudutin sprei karena saya tahu akan kerepotan harus merapikan sprei sendiri setelahnya (hahaha), saya seringkali berteriak dan membentak dirumah. Di luar rumah, terutama di lingkungan bekerja, saya adalah sosok yang sangat sangat sabar. Bahkan, bisa dikatakan saya cukup jadi andalan untuk menghadapi client-client yang suka heboh karena kesabaran saya. You are wiser than your age, kata teman saya. Padahal, dirumah, saya seringkali mendapat nasihat dari anak saya yang baru berumur 5 tahun: 

"Bubu, kalau bubu pengen marah, di kepala bubu akan ada 3 pilihan. Marah, marahin, atau nggak jadi marah. Lain kali bubu harus pilih yang nggak jadi marah yaa"

Padahal saat itu saya marah karena lelah menghadapi dia tantrum menjerit-jerit dalam waktu yang cukup lama. Dia dengan bersahaja dan bijaksana memberikan nasihat, seolah tidak ada apa-apa sebelumnya 😪. 

Saya mencoba memikirkan penyebab kemarahan saya. Akhirnya saya sadari, yang pertama adalah kelelahan. Yang kedua dan menjadi main cause adalah perasaan malu.

Malu kepada tetangga ketika anak mulai menjerit-jerit. Malu kepada rekan kerja karena saat meeting online anak saya ribut minta sesuatu tepat ketika saya harus berbicara dan menyalaan mic. Malu dilihat orang nggak bisa ngurus anak dan ngajarin  sopan santun. Dipikir-pikir, lelah sekali hidup dengan memikirkan apa yang orang lain pikirkan terhadap kita. Padahal, belum tentu orang tersebut punya waktu untuk memikirkan kita.hahaha   

Let it go..
Saya rasa, pelajaran paling bermakna di tahun 2021 adalah keputusan untuk lebih berdamai dengan perasaan sendiri. Sedih karena kehilangan orang tersayang, saya belajar untuk menikmati persasaan itu. Sehari, dua hari, seminggu, dua minggu, belum bisa menerima takdir, nikmati saja. Berdamai dengan perasaan membuat saya lebih ikhlas dan tenang di hari-hari berikutnya. Let it go..

Perasaan malu karena ada kejadian-kejadian tak terduga, tetaplah tenang. Online meeting, ada kaki kecil muncul-muncul di kamera, atau tiba-tiba kerudungmu disibak terbuka oleh anak bayi yang pengen ikut nampil, let it go..

Termasuk ketika ingin tampil sempurna saat interview observasi seleksi sekolah anak. Harus melompat dari 1 zoom link  ke link lainnya tanpa jeda. Maksud hati re-touch lipstik, tapi yang ada hanya krayon anak bentuk lipstik yang tanpa sadar saya pakai. Alhasil begitu buka kamera, alih-alih orang tua bersahaja, sang observer menjumpai lady gaga.. let it go..

Penutup

Harapan pasti ada, rencana pasti banyaknya tak terduga. 2021 dengan pandemi di dalamnya mengajarkan saya bahwa manusia hanya bisa berencana. Semoga tahun 2022 menjadikan saya manusia yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Jaga hati, atur ekspektasi, dan let it go..



2 komentar:

fsrinurilla mengatakan...

Ya ampuuun Ririiin. Dari awal sampai akhir, bikin ngakak endak abis abis. Wkwkwkwk.

Sama banget niy, dulu jaman SMO, kalau baca tabloid atau majalah dewasa, yang dibuka adalah Zodiak bagian ASMARA. Wkwkwk. Dan ndilalahnya pasti mereka bikin ramalan yang bagus ya, jadi endak bikin down pembacanya ehehe.

Sekarang, di era pandemi begini, ada ramalan zodiak begini, "something positive will come to you this week", ternyata positive CoVid, owalaah.

Untung Pak Suami manut ya Ririn dimasakin telor terus. Ehehe. Tapi keren niy, Ririn mau belajar memasak lebih lanjut, yang metode uleg-uleg. Semangat ya Mamah Ririn yang hebat. :)

Plus, bagian lipstick-an pake crayon sang buah hati, dan result-nya seperti sedang zoom-an dengan Lady Gaga, aaaaa wkwkwkwkwk. Kocak banget ini. Ngakak.

Ilmu 'let it go'-nya superb. Ehehe.

Sehat walafiat selalu untuk Mamah Ririn, suami dan 2 buah hati tercinta. :)

*btw kemaren belum sempat memasukkan link ya ke group? Diikutkan saja Ririn, pasti yang membaca pada terhibur dan banyak mendapat insight

Risna (Risna.info) mengatakan...

wow roller coastee 2021. aku tuh baca bagian anak menasehati terasa jleb banget. Tapi keren kalau bisa menerapkan let it go, sambil pakai baju putri Elsa dan nyanyi tambah keren deh, hehehe

semangat 2022, semoga ga ketiduran lagi pas ikut tantangan MGN berikut2nya