4/09/2014

Pemilu Hore

Hari ini, bangsa Indonesia (harusnya) heboh. Karena katanya penentuan nasib bangsa paling ga 5 taun kedepan sedikit banyak ada di hari ini. Saya, sebagai warga negara yang sudah punya KTP cukup merasa beruntung karena ada di lingkungan yang entah kenapa rajin sekali kampanye non golput.

Pertama, SBY ngasih bikin hari ini jadi libur nasional. Lalu, dosen saya di akhir kuliah kemarin tiba-tiba menyisakan setengah jam kuliah untuk memberi tips-tips memilih pemimpin yang baik, disertai penekanan semacam "buat apa golput. kalau mau protes-protes nanti malu. orang milih aja nggak, kok protes". Babeh saya, tiba-tiba nelpon subuh-subuh masih gelap cuma buat bilang "dek, bapak kirimin scan surat undangannya ya".

Temen pramuka saya di grup whatsapp dari pagi buta ngeshare berbagai gambar yang antara lain isinya "starbuck ngasih kopi susu gratis buat yang nyoblos", "indomaret ngasih buy 1 get 1 free minuman jeruk", bahkan temen saya yang punya warung makan snack-snack korea ga mau kalah: "gratis makan hari ini" -buat yang kena tinta seluruh badan -_-

Jangan lihat agamisnya ya, ambil value generalnya aja. Dari semua ajakan non golput itu yang paling kena sih yang dikirim sepupu saya ini:

Memilih Presiden
Oleh Muhammad Ainun Nadjib 21 Maret 2014 Esai

Setiap pilihan resikonya adalah harus disertai kesanggupan untuk mengontrol sesuatu yang kita pilih. Di situlah kelemahan kita sebagai bangsa Indonesia. Kita harus memilih pemimpin tanpa sedikit pun ada kesanggupan untuk mengontrol pemimpin yang kita pilih itu.

Bahkan lebih dari itu, bukan hanya tidak sanggup mengontrol, kita bahkan tidak punya pengetahuan yang mencukupi sama sekali mengenai sesuatu yang kita pilih. Kita tidak tahu sebenarnya caleg ini kualitasnya bagaimana, hidupnya bagaimana, istrinya berapa, akhlaknya bagaimana, kita tidak tahu sama sekali. Bahkan tokoh-tokoh terkenal pun rakyat tidak tahu. Bapak ini, Gus itu, orang nggak tahu sebenarnya. Dan kalau pun mereka tahu, mereka tak punya daya kontrol terhadap yang dipilihnya ini, tapi mau tak mau harus memilih. Ini saya kira dilema kita bersama se-Indonesia.

Jadi, sederhana saja sebenarnya. Kalau anakmu naik kapal merantau ke luar pulau, maka selama naik kapal akan ada kemungkinan ada badai, ada kemungkinan dibunuh orang, ada kemungkinan dia bertengkar dengan orang, ada kemungkinan dia di ancam bahaya. Kepada siapakah engkau menyerahkan anakmu yang engkau tak bisa mengontrolnya di perjalanan, kepada siapa? Kamu titipkan pak Camat? Kamu titipkan nahkoda? Tidak ada jalan lain kecuali engkau titipkan pada Allah SWT. 

Kalau yang kau pilih di pemilu nanti kau tidak tahu siapa dia, kamu tidak bisa mengontrol dia, kenapa tidak kau serahkan pada Tuhan? Jadi serahkan pada Tuhan. Kalau dalam Islam sederhana. Kalau misal anda tidak memilih, kalau nanti anda berdoa supaya bangsa kita sejahtera, nanti Tuhan mengejek juga “Lha kamu nggak milih aja kok minta bangsamu sejahtera”. Tapi kalau memilih bingung juga mau memilih yang mana, sedangkan kalau memilih tidak bisa mengontrol juga. Ya kalau begitu serahkan pada Tuhan.

Kalau dalam Islam caranya jelas. Jadi malamnya shalat dulu kek, kalau nggak sempat ya dalam hati saja berdoa, “Ya Tuhan, gimana mosok saya nggak nyoblos, saya kan warga negara. Saya pilih lah yang kira-kira paling bagus. Cuma kan saya ndak bisa mengontrol dia, Tuhan. Jadi, tolong dong, ini saya pilih satu. Setelah saya pilih dan coblos, saya serahkan kepada-Mu. 

Kalau dia pemimpin yang baik, panjangkan umurnya. Beri dia kekuatan, dan bantulah urusan-urusannya. Tapi kalau yang aku pilih ini ternyata pengkhianat, penjilat, penindas rakyat dan sama sekali tidak punya cinta kepada kami-kami yang di bawah ini, mbok dilaknat dengan cepat, mbokcepat-cepat diberi tindakan, Tuhan. Terlalu lama lho kami rakyat Indonesia kayak gini terus bingung nggak habis-habis. Terus kepada siapadong aku mengeluh? Kepada siapa dong rakyat Indonesia mengeluh? Kepada DPR? Wongmereka itu yang justru kami keluhkan kepada-Mu ya Allah. Jadi tolong, Tuhan….”

Yang paling jagoan untuk makar adalah Allah. Kalau mereka khianat pada rakyat, berarti mereka khianat pada Tuhan. Maka Tuhan juga akan makar pada mereka. Baca saja Wa-llahu khoirul maakirin. Jejak bumi tiga kali, baru dicoblos. Nanti kalau dia khianat, dia sakit kudis.

Dan entah kenapa saya bangga sekali bisa punya foto ini:


Saya senang karena nanti-nanti ga malu kalau mau protes atau ngedumel-ngedumel soal pemerintah *pola pikir pesimistis.hahahaha. Saya senang bisa dapet kopi susu dan minuman jeruk gratis. Saya senang ada kesempatan -meskipun ga akan diambil juga-_-" - buat makan snack korea gratis. Dan yang jelas saya senang karena bisa berdoa minta Indonesia jadi lebih baik tanpa diketawain Tuhan *tiba-tiba sangat nasionalis :)))

Dan maafkan caleg-caleg yang saya pilih karena anda terancam kudisan di akhirat nanti.hahahaha



PS: maafkan karena omdo di posting sebelum ini. abis mau ngelanjutin posting bali tapi sudah tidak tertarik *kumat bocahnya.ehehehehhh