5/20/2023

Oseng Kerang, seperti Cinta yang Hilang

Cukup menantang juga untuk memikirkan makanan favorit saya. Sulit, karena saya suka makan. Sama seperti teh Anggunbagi saya di dunia ini hanya ada makanan yang enak dan atau enak sekali. Sisanya adalah sesuatu yang sama sekali tidak bisa dimakan dan saya anggap itu bukanlah makanan, hehehe.  

 


Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Bulan Mei 2023 ini memaksa saya untuk mendata ulang makanan-makanan enak kesukaan saya. Menghasilkan daftar panjang, yang mungkin bisa memberikan inspirasi untuk buka usaha kuliner, atau untuk merintis youtube channel bertema makanan enak untukmu mamah.

Proses looping untuk menelusuri daftar panjang makanan enak dan enak banget menghasilkan satu keputusan makanan favorit yang punya cerita dalam kehidupan saya: oseng kerang pedas.


Setelah cukup sulit mencari karena tidak punya koleksi pribadi, sepertinya foto di channel cookpad mbak Dini Rahmawati ini yang paling mewakili

Jatuh Cinta pada Percobaan Pertama

Yup! oseng kerang, bukan tumis kerang. Menurut saya, kata oseng lebih pas untuk menggambarkan bagaimana citra rasa masakan ini. Sangat njowo dan ndeso. Dimasak dengan wajan tua yang pantatnya gosong dan menimbulkan aroma sangit. Wajannya bekas memasak berbagai rupa makanan lainnya dan entah sudah berapa hari tidak dicuci😆.  Jelas, yang model begini memperkaya khasanah rasa. Gurih, pedas, manis, dengan aroma bumbu dapur komplit khas masakan jawa. Melekoh, kalau kata Ibu saya.

Saya pertama kali makan oseng kerang ini di Semarang, kota masa kecil saya. Memang, selain terkenal dengan soto ayam, Semarang juga dikenal dengan masakan kerangnya. Kota Semarang memang dekat laut. Anehnya, saya lebih sering makan ikan bandeng, mujaer, atau lele. Pokoknya ikan-ikan yang didapat bukan dari laut. Selain itu, ada juga sih mangut. Tapi masakan ini menggunakan bahan dasar ikan manyung atau iwak pe (ikan pari) yang diasap. Jauh dari bayangan seafood fresh from the ocean, hehehe.

Satu-satunya makanan laut segar yang cukup mudah ditemui di Semarang adalah kerang. Saya jatuh cinta dengan oseng kerang yang dibawa oleh Ibu sepulang mengajar di SMA 13 Semarang. Dibeli dari warung kecil di area Mijen. Selain oseng kerang, ada juga belut pedas. Saya masih usia SD kala itu, hah heh hoh kepedesan, tapi entah mengapa enak sekali dua masakan ini. Bisa nambah nasi berkali-kali, mungkin juga ini yang menjadikan saya anak SD kategori ginok-ginok pada jamannya.

Bertemu lagi di Bandung

Saat kuliah di Bandung, tentu saja saya tidak lagi bisa menikmati sajian kerang pedas yang dibeli di Mijen. Terlalu jauh, dan saat itu belum ada P**el yang bisa kirim frozen food dalam semalam sampai. Kalaupun sudah ada, tentunya ibu saya lebih memilih mengantarkannya sendiri sembari sidak anak mahasiswa yang cuma jawab sekecap kecap kalau ditelepon tiap hari😢. Karena tinggal jauh dari kampus dan belum menyadari besarnya penghematan uang bila bawa bekal makan siang dari rumah, tentunya setiap hari saya lalui dengan jajan. ke Kantin Bengkok atau Tambang kalau sedang punya uang, lari ke Salman kalau akhir bulan, dan mengiba ke CC barat bagian kemahasiswaan untuk minta kupon makan kalau sedang super penghematan. 

Alangkah bahagianya saya hari itu, ketika menyambangi kantin Salman dan ada lauk kerang pedas kesukaan saya. Rasa duo bawang, cabai yang menggigit, aroma lengkuas dan sereh, serta rasa manis yang ringan. Semakin bahagia karena setelah sampai di kasir saya hanya perlu bayar delapan ribu rupiah. Sudah dapat sepiring besar oseng kerang dan sayur sup tanpa bakso. Perfect Combo!

Di lain kesempatan, saya pergi lagi ke kantin Salman dengan harapan bertemu si kerang pedas pujaan hati. Sayang sekali, dia tak muncul lagi, mungkin se-ITB hanya saya yang doyan kerang pedas😕. 

Selain di dalam kampus, saya juga hobi makan di sekitaran Dago. Bukan, bukan mau gegayaan. Alasannya cuma karena saya rajin numpang duduk atau tidur di kos teman saya, menunggu kelas selanjutnya yang terkadang jedanya cukup panjang tetapi nanggung untuk pulang ke rumah yang jauh. Kos teman saya ada di dekat Warteg Kharisma Bahari, jadilah saya cukup sering keluar masuk warteg ini. Disinilah saya menemukan kembali oseng kerang kesukaan saya. Masakan warteg khas jawa yang rasanya cenderung manis, dan tentunya dengan harga ramah di kantong. Beberapa hari berikutnya, saat saya kembali makan di warteg ini, oseng kerang konsisten selalu ada. Sejak saat itulah saya baru sadar, ternyata oseng kerang pedas kesukaan saya adalah makanan khas warteg😁. 

Pencarian Panjang di Ibu Kota

Mudah sekali untuk menjumpai warteg di Jakarta. Teringat kembali pada oseng kerang pedas dan berbekal keyakinan bahwa masakan ini adalah menu wajib yang ada di warteg, masuklah saya ke satu warteg di daerah Jakarta Selatan. Hore, ada oseng kerang pedas! hap hap hap, tanpa banyak berpikir, saya makan dengan lahap. Sepiring besar nasi dengan oseng kerang pedas dan sup sayur. Ditambah es teh, rasanya menyenangkan sekali. Mengulang kembali perasaan bahagia ketika makan di kantin Salman dan di Dago. Citra rasa otentik yang saya yakini kebenarannya, karena kelihatan sekilas bagian belakang warteg ini jorok sekali. 

Namun sodara-sodara, kebahagiaan tak selalu bisa berlangsung selamanya. Dua hari setelahnya, saya sakit perut dan diare akut. Ibukota mengajarkan kepada saya, bahwa serupa tapi tak sama itu memang benar adanya😂.

Mencoba Peruntungan

Minggu lalu saya pulang terlambat dari kantor. Karena macet luar biasa, saya putuskan untuk turun bus lebih awal. Berjalan kaki dengan perut lapar, saya tertarik untuk masuk ke sebuah warteg yang ada di pinggir jalan. Tertulis besar-besar di depannya: Resto Warteg Kharisma Bahari, Resto ala Warteg.

Wah, menarik. Barangkali ada oseng kerang kesukaan saya, semoga tanpa drama sakit perut. Dilihat sekilas dapur di belakang arena penyajian sangat bersih. Bangunannya juga dicat apik dengan bangku-bangku baru. Tidak seperti warteg biasanya. Sayangnya, yang ini bukan warteg yang sesungguhnya. Tidak ada oseng kerang kesayangan saya disana😪.

Penutup

Demikianlah cerita saya menjelang deadline. Merupakan prestasi untuk saya bisa bertahan tidak ikut ketiduran di saat anak-anak sudah tidur. Semoga bisa konsisten untuk ikut tantangan setiap bulan dan yang terpenting, semoga menghibur mamah-mamah semua yaa.