Melahirkan anak pasti menjadi momen tak terlupakan bagi setiap ibu. Perasaan bahagia, haru, sedih, was-was, pasti ada. Takut? bukan lagi, jangan ditanya. Campur aduk, begitu kira-kira rasanya. Untuk saya, salah satu hal pertama yang perlu dipikirkan begitu tahu sedang hamil adalah: akan kontrol dengan dokter siapa dan dimana? Setelah tertunda 5 tahun cukup lama, akhirnya tergerak juga untuk menuliskan pengalaman melahirkan anak pertama ini sebagai catatan. Sebagai kenang-kenangan untuk saya, dan tentunya bisa menjadi informasi untuk siapapun yang membutuhkan.
dr. Aswin Sastro Wardoyo di RS Puri Cinere
Saya tinggal di daerah Jakarta Selatan pada kehamilan anak pertama di tahun 2016. Berdasarkan rekomendasi dari sepupu, saya memutuskan untuk kontrol ke dokter Aswin di RS Puri Cinere. Untuk saya yang baru pertama kali datang ke rumah sakit di Jakarta, cukup menyenangkan datang ke rumah sakit ini. Tidak terlalu besar, bersih, mekanisme administrasi sederhana dan cukup cepat.
Antrian pendek, cukup menunggu 15 menit, nama saya dipanggil oleh perawat. Masuk ke dalam ruang dokter rasanya deg-degan. Berhubung baru pertama kali ke obgyn, bingung juga harus ngomong apa. Apalagi sudah dapat doktrin dari sepupu saya yang heboh menceritakan dokter Aswin ini gitaris dan suara beliau ketika bilang: "Selamat ya Ibu.. positif hamil" akan terdengar sangat merdu dan membuat kita melayang. Ketika masuk ruang dokter, saya menjumpai dokter sepuh-yang memang tetap ganteng sih meskipun sepuh- dan sangaaaaaat lembut. No wonder dokter Aswin cukup jadi favorit ibu-ibu hamil yang rata-rata perlu seseorang yang menenangkan-dan ganteng? #eh
Sayangnya, ketika kontrol pertama, layar USG baru menunjukkan titik, jadi perlu periksa ulang 2 minggu lagi untuk memastikan titik itu adalah kantong berjanin, atau kantong kosong. Jadi, mohon maaf saya nggak bisa cerita apakah suara beliau ketika mengucapkan selamat di pertemuan pertama itu benar-benar membuat melayang atau tidak.hahaha
Pindah ke RSPI Pondok Indah
Karena dapat value dari orang tua bahwa melahirkan itu urusan hidup dan mati, saya selalu ingin memastikan rumah sakit tempat saya melahirkan menyediakan ICU dan NICU untuk keadaan-keadaan kritis tidak terduga. Karena alasan inilah saya pindah ke RSPI Pondok Indah. Selain fasilitas, tentunya juga dengan pertimbangan disana murah ada dokter Aswin yang praktik di akhir pekan. ICU, NICU, dokter Aswin, dan akhir pekan. Tidak perlu drama bolak balik izin kantor setiap mau kontrol. Cocok sudah!
Satu hal yang saya suka dari RSPI Pondok Indah adalah mereka menerapkan shift antrian per 30 menit. Jadi, seramai apapun pasiennya, rata-rata saya hanya perlu menunggu 30 menit saja untuk bertemu opa obgyn kesayangan. Selain itu, ada kasir dan farmasi khusus di poli obgyn, jadi ibu hamil tidak perlu was-was harus berkumpul dengan pasien-pasien poli penyakit lainnya.
Bisa dikatakan, dokter Aswin cukup detail dalam memeriksa kondisi ibu dan janin. Sesi pemeriksaan dengan USG cukup panjang dan santai tidak terburu-buru. USG 3G dan 4G di ruangan juga diperlihatkan for free karena yang muncul di tagihan hanya USG 2D. Diluar itu dokter Aswin sangat cocok bagi ibu-ibu yang ingin menjalani kehamilan dengan perasaan santai kayak di pantai. Beliau tipikal dokter yang tidak over treatment.
"Kalau tidak ada masalah, kenapa harus was-was? Ibu sehat, janin baik. Yang lain tidak usah terlalu dicemaskan. Cukup minum folavit saja ya buuu". Saya yang sedang sibuk membayangkan nonton konser musik pun angguk-angguk manut saja.
Nah, sebaliknya, menurut saya dokter Aswin kurang cocok bagi ibu-ibu yang perlu perhatian extra semacam kontrol kenaikan berat badan. Menurut dokter Aswin, selama kenaikan masih wajar dan janin berkembang dengan baik, bebaskeeuuuun. Apalagi duet maut dengan kantin RSPI yang makanannya entah mengapa layaknya tempat wisata kuliner-menarik dan enak semua. Buyaaar sudah buyaaar masalah berat badan ideal.
Mengungsi ke RS Telogorejo atau Semarang Medical Center (SMC)
8 bulan berjalan, kehamilan saya baik-baik saja. Namun, dengan pertimbangan kehebohan melahirkan anak pertama, saya dan suami memutuskan untuk pindah sementara ke Semarang, kota tempat tinggal orang tua saya. Apalagi dalam kondisi suami terkena lay-off alias PHK tepat ketika kehamilan saya memasuki bulan ke-9. Suami pengangguran tidak perlu ke kantor, dan saya sudah mulai cuti melahirkan. Tidak ada alasan lagi untuk stay di Jakarta.
Sama seperti pencarian rumah sakit di Jakarta, saya fokus kepada ICU dan NICU. Bukannya berfikiran negatif yaa, hanya preventif saja, dan persiapan preventif ini membuat saya lebih tenang.
Rumah Sakit Telogorejo selalu menjadi andalan keluarga saya sejak dulu. Fasilitasnya lengkap dan pelayanannya bagus. Tempat saya dirawat ketika terserang demam berdarah saat kelas 2 SD, dan tempat bapak saya selamat mendapat pertolongan sigap saat serangan stroke. Well, tempat bapak saya menghebuskan nafas terakhir juga sih tapi di moment ini pun saya tetap merasa rumah sakit ini adalah opsi terbaik di Semarang untuk keadaan gawat darurat.
Kesan menyenangkan saya dapat ketika melahirkan anak pertama di rumah sakit ini. Kamar menginap yang bersih, perawat yang sigap membantu, ramah, dan cekatan. Apalagi setelah berkutat dengan daftar harga kamar dan paket melahirkan di RSPI Pondok Indah (yang saya sendiri tidak terbayang bagaimana cara bayarnya, hahaha), tentunya melihat perkiraan biaya melahirkan di rumah sakit ini cukup melegakan. Dengan tujuan menghibur bapak dan ibu saya yang excited luar biasa menyambut cucu pertama, saya memilih kamar VIP B dengan extra bed yang lebarnya sama dengan kasur double di hotel. Jadilah, moment menunggu cucu lahir lebih mirip stay cation bagi suami, bapak, dan ibu saya. Semua senang!
Saat akan masuk ruang operasi dan ketika akan membawa bayi pulang, petugas keamanan berjaga di sepanjang lorong rumah sakit dan lift untuk clearing. Memastikan perjalanan saya (yang hanya dari 1 ruangan ke ruangan lainnya) kala itu bebas lancar tanpa hambatan. Selepas operasi, begitu masuk ke kamar saya disambut tumpeng mini sebagai ucapan selamat menyambut kedatangan buah hati ke dunia. Beberapa gimmick kecil yang membuat saya cukup gembira kala itu.
Terlepas dari harga, kebersihan, pelayanan yang memuaskan, saya rasa SMC perlu meningkatkan prosedur operasional terkait menyusui dan edukasi lainnya untuk ibu. Di rumah sakit itu, karena operasi, saya tidak bisa melakukan IMD. Selain itu, tidak terlalu banyak informasi yang saya terima terkait menggendong bayi, menyusui, memandikan, dan lainnya. Untuk saya yang baru pertama punya anak, akan lebih menyenangkan bila rumah sakit bisa menyediakan informasi tersebut.