Baiklah, mari kita zoom in kilas balik kebiasaan saya untuk bisa ikut tantangan MGN tanggal 20 di setiap bulan, paling tidak diprotret dalam hampir 12 bulan belakangan.
Merencanakan akhir yang Indah
Saya tahu, tercepot-cepot nulis dan submit tantangan di setiap bulan bukan lah pengalaman yang menyenangkan untuk diulangi lagi. Makanya, di awal bulan, terutama saat tema tantangan sudah diumumkan, saya selalu bertekad kuat langsung menulis saat itu juga. Biasanya ide langsung muncul ketika pertama kali membaca tema. Bahkan poin demi poin gagasan langsung mengalir deras. Saat itu, dimana dan kapanpun setting waktunya, rasanya seperti sedang menyambut pagi yang indah, matahari bersinar dan burung berkicau, menyongsong masa depan yang cerah.
Bangun rin, bangun. Selang beberapa menit setelah saya selesai membaca tema tantangan dan mencetuskan poin-poin kerangka tulisan di kepala, alarm berbunyi. Tergopoh-gopoh saya terbangun dari mimpi indah sedang duduk di pagi hari yang indah.
"BUBUUUUUU," teriak anak wedok memanggil. Kakiku gatal, punggungku nggak enak, aku mimpi zombie, atau di hari-hari lainnya, ketika saya rasa semua sudah disiapkan untuk menghindari ini, anak wedok tetap bangun. "Bubu udah beliin aku makanan kucing?". Dengan berbagai alasan yang bisa dijadikan alasan, ibunya harus berhenti menatap handphone agar segera bisa menatap wajahnya.
Semacam membandingkan pembukaan UUD 45 dan menjalani kehidupan sebagai warga negara di Indonesia, saya semakin paham bahwa cita-cita tidak selalu bisa, apalagi mudah, untuk terlaksana. Di awal kemerdekaan, cita-citanya adalah negara yang adil dan makmur. Ternyata setelah lebih dari 75 tahun berjalan, rasanya seperti semakin jauh dari rencana ya. Nah, tidak usahlah sibuk mengomentari para pengatur negara, karena mewujudkan cita-cita pribadi saja kalang kabut, Rin. Padahal bukan cita-cita yang setinggi-tinggi langit. Ini hanya rencana sederhana, ikut tantangan MGN dengan lebih bersahaja.
Tidak perlu menunggu 75 tahun, 2-3 jam saja setelah saya selesai membaca tema tantangan, biasanya cita-cita setor tantangan MGN yang sudah saya harapkan di setiap bulan, buyar.
Tapi yang namanya hidup, harus optimis dan jalan terus. Rencana, tentu harus ada cadangannya dong. Kalau gagal, kita ganti rencana. Kalau sebelumnya saya membaca tema tantangan di pagi hari saat bangun pagi, di bulan selanjutnya saya akan membaca tema tantangan di Bus, saat perjalanan ke kantor.
Memasuki bus, matahari kembali bersinar dan kicau burung menyambut saya masuk ke dunia harapan. Membuka web MGN, membaca, dan bersiap membuka blogger mobile. Sambil menunggu loading, tangan saya bergerak membuka channel kantor. Membalas 1 pesan, 2 pesan, 3 pesan, lalu disusul getar handphone menandakan pesan lainnya masuk. 4 pesan, 5, 6, 7. Sampailah saya di halte depan kantor, yang artinya sudah saatnya saya turun dari Bus. Ya, hari itu berakhir dengan laman blogger saya terbuka, tanpa ada tulisan apa-apa di dalamnya.
Menunda-nunda
Saya punya 18 hari setelahnya, tetapi selalu ada alasan untuk menunda. Ah masih ada besok. Besoknya, masih ada besok lagi. Ah, masih seminggu lagi. Tidak terasa, sudah tanggal 18, tandanya besok adalah hari terakhir untuk bisa duduk cantik, ikut tantangan dengan bersahaja tanpa harus dikejar-kerja detak jam.
Tanggal 19 datang, dan cerita di awal bulan tantangan berulang. Biasanya di hari ini, ceritanya lebih heboh lagi. Tiba-tiba dikirim kantor ke luar kota dan seharian heboh di lapangan, atau 1 dari dua anak sakit. Sebagai pelengkap heboh, bisa juga 2 anak kompak sakitnya. Hari damai untuk menulis tantangan akhirnya berganti menjadi hari heboh pergi ke dokter, atau maraton dakwah bertemu orang-orang di lapangan.
Dan hari itu datang
Tanggal 20, biasanya saya akan menjadi lebih galak dari biasanya. Kalau sudah begini, saya akan berangkat ke kantor pagi-pagi, dan fokus untuk tidak tergoda membuka channel kantor ketika duduk di bus.
Ketak ketik ketak ketik.
Yang saya heran, hampir setiap saya merencanakan posting di bus, jalanan ke kantor tiba-tiba menjadi lancar. Waktu perjalanan berkurang sekitar 15-20 menit. Dan akhirnya, kurang 1-2 paragraf lagi, saya sudah harus turun dari bus. Nanti lanjut di kantor deh, begitu selalu pikiran saya.
Menuju lift saya terus merapal, untuk menancapkan ingatan harus posting. Semacam anak-anak yang didoktrin melalui kata-kata. Sayangnya, doktrin kata-kata hanya di dalam kepala saya saja. Orang-orang di kantor saya mana tau sedang ada apa. Jadilah begitu masuk melangkah ke dalam kantor, bertemu orang tak ada jedanya. Hingga tiba waktunya pulang. Hedeh, perasaan kalender kosong.
Kebiasaan lainnya adalah ketika tanggal 20 adalah jadwal saya kerja dari rumah. Rasanya ingin bersyukur, karena bisa ngumpet sejenak, tetapi memang tetap tidak boleh sombong. Setiap sombong dan optimis berlebihan, meskipun kerja dari rumah, selalu ada kejadian-kejadian aneh. Kebakaran dalam arti bukan sebenarnya selalu terjadi ketika saya merasa akan punya banyak waktu di hari itu untuk menikmati hari posting tantangan. Telepon tiada henti berdering, dan berakhir lebih heboh dibanding hari-hari dimana saya harus ke kantor.
Dua skenario akhir cerita
Kalau sudah heboh tiada henti begitu, biasanya saya akan merasa bersalah, dan sore hari, ketika harusnya bisa posting, saya akan keluar dari gua tempat semedi bekerja dan bermain dengan anak. Berikutnya, saya akan mewanti-wanti anak untuk tidur lebih cepat karena masih ada yang harus bubu kerjakan di malam ini. Berikutnya, saya akan minum kopi dan makan tidak terlalu banyak agar tidak mengantuk.
Beberapa jam setelahnnya, semakin saya berharap anak saya cepat tidur, semakin mereka berdua sulit tidur. Hingga akhirnya saya menyerah dan ikut berbaring untuk memeluk mereka. Satu skenario adalah ketika saya bisa bangun pukul 23.00 atau paling tidak 23.00, lalu tercepot-cepot menulis tantangan. Atau skenario lainnya adalah saya bangun 00.02, dan meratap.
Penutup
Benar-benar catatan receh yang bisa saya tuliskan disini. Bukan untuk terus menjadi kebiasaan, tapi maksudnya untuk refleksi, evaluasi biar tidak terjadi lagi. Meskipun untuk posting kali ini, tetap belum bisa terealisasi ya perbaikan evaluasinya. hehehe
3 komentar:
Jadi gimana rasanya sekarang, posting tgl 15? Heu, tetep deadline ya!? Hahaha ✌️
Kok sama sih kita Rin. Selalu optimis di hari pertama, dan pasrah hingga hari terakhir.
Langsung nengok jam posting. 2.40. Artinya 20 menit menuju detline ya. Luar biasa!!
Saya kyknya malah lebih parah. Menit 50-an baru Publish.
(SisthaMGN)
Posting Komentar